Rabu, 15 Juli 2015

Apa Penyebab Trypophobia, Fobia Terhadap Lubanng?


bismillaah
Sarang lebah warna-warni dari sebuah rumah lebah di Ribeauville, dekat Colmar, Perancis, Jumat (5/10). REUTERS/Vincent Kessler
TEMPO.CO, Essex - Tim ilmuwan bidang psikologi dari University of Essex di Inggris telah mengidentifikasi jenis ketakutan baru pada manusia, yaitu trypophobia alias fobia terhadap lubang. Lalu, apa yang menyebabkan jenis ketakutan ini?

Pemimpin penelitian, Geoff Cole, mengatakan penderita trypophobia tidak dapat melihat benda yang memiliki banyak lubang dengan pola berulang (klaster lubang). Misalnya, sarang lebah, sarang semut, dan kumpulan gelembung sabun. Semua penampakan benda itu dapat menyebabkan penderita terkena migrain, mual, serangan panik, berkeringat panas, dan jantung berdebar.
"Ketakutan mungkin berasal dari kemiripan visual pola lubang berulang dengan hewan beracun tertentu," kata Cole, seperti dikutip Livescience, Kamis, 5 September 2013.
Dalam penelitiannya, Cole dan timnya ingin mengetahui apakah para pengidap trypophobia berbagi fitur visual yang umum. Mereka membandingkan 76 gambar obyek trypophobia dengan 76 gambar lubang yang tidak berkaitan dengan fobia itu.
Gambar obyek trypophobia didesain untuk memunculkan fitur spasial berulang dari suatu gambar lubang, serta memiliki kontras yang tinggi pada frekuensi tengahnya. Gambar seperti ini memiliki struktur visual yang sama, seperti garis-garis, yang terkadang dapat memicu migrain jika dilihat oleh seorang penderita trypophobia.
Salah satu pengidap trypophobia, misalnya, diminta memberikan petunjuk supaya Cole dan timnya bisa memahami keengganannya yang kuat untuk pola lubang tertentu. Hasilnya, responden itu menyatakan memiliki reaksi negatif yang sama saat melihat gambar lubang dengan gambar gurita bercincin biru, salah satu hewan paling beracun di dunia.
Untuk menyelidiki apakah hewan beracun bisa memicu trypophobia, Cole dan timnya menganalisis gambar gurita bercincin biru, kalajengking, laba-laba, kobra, dan ular berbisa lainnya. Mereka menemukan bahwa gambar semua hewan mematikan itu memiliki kontras yang tinggi pada frekuensi tengahnya.
Cole dan timnya meyakini reaksi jijik terhadap klaster lubang merupakan efek samping dari adaptasi evolusioner untuk menghindari hewan beracun. Ini didasari keadaan bahwa setiap individu memiliki kecenderungan bawaan untuk waspada terhadap hal-hal yang dapat merugikan.
"Kami berpikir bahwa setiap orang memiliki kecenderungan trypophobia meskipun mereka mungkin tidak menyadari hal itu," kata Cole.
Ia menambahkan trypophobia dapat disembuhkan secara mandiri. Caranya dengan sering melihat gambar klaster lubang sehingga penderita menjadi tidak peka terhadap pola lubang berulang.wallaahi a'lam
Gejala Dan Pengobatan Trypophobia, Penyakit Takut Lubang | siputnews - http://siputnews.com/…/gejala-dan-pengobatantrypophobia-pe…/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar