Sabtu, 05 September 2015

Tanamkah Aqidah yang Benar, Agar Ringan Meninggalkan yang Haram


Ketika anda sedang serius ingin mendalami fiqih muamalah, ketika anda sedang serius ingin memahami aturan jual beli, mohon jangan kesampingkan tauhid. Di manapun anda berada, tauhid harus selalu menyertai anda.
Apapun yang sedang anda tekuni, sisi tauhid tidak boleh anda sepelekan. Tanamkan iman tentang akhirat, tentang surga dan neraka, karena ini pengendali setiap gerakan kita.
Para ulama menasehatkan,
التوحيد لا ينتقل منه إلى غيره بل ينتقل معه إلى غيره
Tauhid tidak ditinggalkan untuk mengkaji ilmu yang lain, namun tauhid tetap disematkan setiap kali mengkaji ilmu yang lain.
Migrasi Kaum Perbankan
Ketika label syariah mulai dijadikan bahan dagangan, banyak pangkalan harta haram tidak ingin ketinggalan kliennya. Tak terkecuali dunia perbankan. Bersamaan dengan maraknya gerakan dakwah, masyarakat mulai paham, bank merupakan sumber riba. Di saat yang sama, mereka tidak ingin kehilangan nasabahnya.
Akhirnya mereka berbondong-bondong melakukan migrasi menjadi bank dengan label syariah..
Namun sayangnya, migrasi ini tidak diawali dengan membangun pondasi aqidah yang benar. Motivasi akhirat kurang kuat untuk mendasari usaha mereka.
Kita bisa lihat bagaimana pengaruhnya?
Motivasi terbesar mereka mengikuti syariat, justru kembali kepada kemakmuran dunia. Ikut syariat, agar harta semakin berkah. Ikuti syariat, agar rizqi semakin lancar. Motivasi yang justru kembali kepada memakmurkan dunia, bukan untuk membebaskan diri dari akhirat.
Di saat yang sama, mereka juga banyak melakukan kamuflase transaksi. Dari konvensional kepada label syariah. Sehingga yang terjadi, seolah hanya perubahan istilah perbankan konvensional, menjadi istilah berbahasa arab. Yang penting kelihatan lebih syar’i, meskipun hakekatnya masih darat dengan riba.
Kita layak merasa prihatin, dengan kehadiran generasi yang ingin disebut lebih syar’i, tapi sayang jarang ngaji. Mereka ingin sesuai syariat, tapi mereka sendiri belum siap dengan aturan syariat.
Tanamkan pohon iman dalam jiwa, kita akan merasakan manisnya buahnya.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ . تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim: 24 – 25)
Allahu a’lam.
[4:00 06/09/2015] Pena Sejuk Samudera Biru: Komentar -https://m.facebook.com/story.php…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar