Sabtu, 05 September 2015

Hijab Bukan Komedi, Sebuah Surat untuk Film “Hijab”


Oleh : Raidah Athirah, Penulis,
Muslimah, tinggal di Haugeund,
Norwegia
AWALNYA saya mengira film ini hadir
untuk memprovokasi semangat para
perempuan Muslim di tanah air untuk
berhijab.
Ternyata sebaliknya film ini lebih
berisi kritik sosial yang dibuat secara
komedi oleh sutradara Hanung
Bramantyo. Mengkritik atau dalam
istilah Pak Hanung, menggelitik.
Nyatanya film dengan judul “Hijab”
ini melupakan perjuangan penuh
darah dan nyawa para Muslimah
yang syahid karena mempertahankan
hijabnya.
Walau hanya menonton trailer nya,
Film ini melukai semangat para
Muslimah, terutama para muslimah di
Eropa yang berjuang untuk berhijab.
Apalagi setelah kasus penyerangan di
Prancis. Luka-luka itu masih
berdarah. Jadi, hormatilah para
Muslimah yang sedang berjuang
menjaga harga diri mereka,
sebaimana Anda sebagai seorang
suami berusaha menjaga harga diri
istri Anda dari pelecehan,
ketidakhormatan, dan kebencian
orang-orang di luar rumah Anda.
Saya seorang Muslimah yang
mengingat benar perjuangan ibu,
saudari atau teman-teman yang
berjuang untuk berhijab di masa
ketika prosedur dibenturkan dengan
hukum syariat. Banyak di antara
mereka yang rela kehilangan
pekerjaan demi mematuhi perintah
Tuhan daripada aturan manusia.
Lebih dari itu, hijab adalah identitas
kami. Hijab ini menyatu dalam darah
sebagai keyakinan yang teguh.
Pak Sutradara, ini sebuah surat dari
seorang Muslimah yang ingin Anda
lebih menghargai darah yang telah
jatuh ke tanah.
****
Pak Sutradara yang terhormat,
Saya tak perlu menjelaskan panjang
lebar tentang kebebasan berkarya,
kebebasan seni, atau apalah. Hal
yang patut Anda ingat adalah
peristiwa-peristiwa hijab yang
membuat Anda bersyukur bahwa itu
tak pernah menimpa keluarga
terutama istri Anda.
Pak Sutradara,
Di luar sana bahkan di sini, di Eropa,
para Muslimah mengenakan hijab
dengan membawa dua rasa; rasa
bangga sebagai Muslimah dan juga
rasa ketakutan atas penyerangan-
perangan para Islamofobia.
Pak Sutradara, tolong hargai
perjuangan para Muslimah berhijab.
Saya bersaksi atas perjuangan
seorang Muslimah Polandia yang
terpaksa kehilangan teman-teman
bahkan dikucilkan oleh keluarga
lantaran berhijab setelah syahadat
yang ia lakukan setelah peristiwa
syahidnya Marwa El-Sherbini.
Hijab bukan saja seonggok kain yang
menutup kepala atau trend fashion
yang timbul tenggelam. Hijab adalah
identitas. Hijab adalah nyawa.
Pak Sutradara, bila semua yang saya
uraikan masih belum terang, saya
ingatkan Anda lagi dengan berbagai
peristiwa hijab yang bila itu adalah
istri, saudari atau kaum kerabat Anda,
niscaya Anda akan berpikir ulang
untuk membuat sebuah film komedi
tentang hijab. Sebelum menampar
pipi orang lain, tampar saja pipi Anda
sendiri. Atau tampar pipi istri
Anda.Rasa sakit yang timbul tak
seberapa dibandingkan rasa sakit
jutaan para Muslimah di luar sana.
Pak Sutradara, apakah Anda buta, tuli
saat para Muslimah di Eropa menjadi
objek penderita lantaran hijab yang
mereka kenakan? Di mana para
Muslimah yang (dalam beberapa
kasus) memakainya menjadi
terkucilkan dari masyarakat di mana
mereka tinggal—bahkan ada yang
siap menjadi MARTIR?
Pak Sutradara….
4 SEPTEMBER, INTERNATIONAL
HIJAB SOLIDARITY DAY. Sebuah hari
yang diingat untuk memperingati
hari-hari luka dan darah perjuangan
para Muslimah .
Bukan untuk menangisi kematian El-
Sherbini, tapi untuk mengingatkan
Anda bahwa kematiannya adalah
sebuah perlawanan kepada
Islamofobia yang menghina hijab.
Ia seorang ibu muda yang ditikam 18
kali di sebuah ruang sidang di timur
kota Dresden, Jerman. Ia ditikam
lantaran tak menerima laki-laki
Islamofobia itu menghina hijab.
Suami El Sherbini pun terluka.
Ia seorang Muslimah terpelajar,
seorang apoteker yang dengan berani
melawan Islamofobia.
Bahkan sebuah pernyataan dari
Majelis Perlindungan Hijab di Eropa
memberi sebuah persaksian.
“Sherbini bukan hanya seorang martir
jilbab tetapi juga korban
Islamophobia, dimana banyak para
Muslim Eropa menderita,” tegas
Abeer Pharaon, ketua The Assembly
for the Protection of Hijab.
Kritik Anda yang tertuai dalan film
“Hijab” adalah sebuah kritik sosial
yang sempit. Think locally! Act
Globally! Wallaahu A'lam
Tulisan ini dikutip dari status akun
facebook Raidhah Athirah dengan
seizin yang bersangkutan.
[0:48 03/09/2015] Pena Sejuk Samudera Biru: https://www.islampos.com/hijab-bukan-komedi-sebuah-surat-u…/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar