Sabtu, 05 September 2015

Raidah Athirah (Muslimah Penulis tinggal di Norwegia)


HARI-hari menjelang mudik justru tambah bikin saya cemas. Hasil wawancara dengan keluarga justru bikin naik tensi darah.
Saya sudah mengabarkan kepada keluarga di tanah air bahwa saya telah memakai cadar walau di sini masih buka tutup demi kemaslahatan. Abu Aisha juga menasihati agar apapun yang kita lakukan niatkan fisabilillah.
Saya memakai cadar bukan karena Abu Aisha memerintah saya melainkan pilihan saya sendiri yang merasakan banyak keberkahan.
Sebelum isu ISIS, beberapa sister asli Polandia bercadar. Alhamdulillah, bukan karena mereka menikah dengan orang Arab atau termasuk anggota gerakan Islam yang menyesatkan. Satu pasangan suami istri asli berdarah Polandia misalnya, sang sister yang bercadar adalah keturunan Tatar dan suaminya mualaf seperti Abu Aisha.
Mayoritas Muslim Polandia adalah Sunni bahkan sejak 600 tahun yang lalu. Sejarah literatur mencatat bahwa kerajaan Polandia di masa itu mengenal Syiah sebagai kaum pemberontak sehingga mereka tidak diperkenankan tinggal di wilayah kerajaan. Sebaliknya pasukan Tatar Muslim (Sunni) diberikan hadiah khusus karena loyalitas mereka dalam menjaga wilayah kerajaan yang sering sekali dirongrong asing.Pasukan Tatar (Sunni) merupakan kaum ‘warior ‘ yang kemudian menetap di tanah Polandia.
Kabar dari keluarga terutama adik saya bikin saya berpikir; Indonesia negara mayoritas Muslim tapi simbol-simbol Islam kok seperti ditekan. Hidup segan mati tak mau. Semuanya membingungkan. Cadar, berjenggot dianggap radikal, piye toh? Sableng pisan era ini.
Adik saya pun menimpali dengan kalimat bikin jidat dan kepala beristigfar. Indonesia ini masuk era apa? Era godot! Semua tak jelas.Islam diobok-obok. Media Islam diblokir.
“Kaka … hati-hati jangan sampai dikira ISIS, apalagi baru datang dari luar negeri. Kaka pakai cadar dan Abu Aisha berjenggot itu tanda-tanda …. .Selamat datang di era Godot ”
“Astaghfirullah! … Tanda-tanda apakah, Dek?”
“Tanda -tanda mau ditangkap!”
“Serem amat, Dek …”
O ya, bagi yang belum mengerti istilah godot saya uraikan sedikit. Ini kutipan ringkas asal mula kata Godot;
Waiting for Godot (Menunggu Godot) adalah naskah klasik karya Samuel Beckett tentang penantian oleh dua sahabat karib, Vladimir dan Estragon.
Dua sahabat ini menunggu Godot, sesuatu yang tidak jelas sampai akhir cerita. Apakah Godot itu manusia, dewa, Tuhan, penyelamat, uang, atau binatang.
Keduanya sepakat menunggu Godot. Sambil menunggu, mereka ngobrol, berdebat, kadang sampai bertengkar meributkan sesuatu yang tidak jelas.
Ironisnya, mereka meributkan tentang apa yang sebaiknya dilakukan namun kemudian tidak melakukan apa-apa.
Mereka berdebat tentang rencana tidur selama menunggu Godot namun kemudian tidak jadi tidur karena takut Godot akan datang dan mereka tidak tahu kedatangannya. Mereka sepakat akan menggantung diri karena frustrasi menunggu Godot yang tak kunjung datang. Namun rencana ini batal karena mereka tidak menemukan kata sepakat tentang siapa yang harus pertama kali bunuh diri. Begitu selalu. Mereka sibuk berdebat tanpa berbuat. Wallaahu A'lam
[11:49 03/09/2015] Pena Sejuk Samudera Biru: Selamat Datang di Era Godot, PHP, serta Vulgaritas - Islampos -https://www.islampos.com/selamat-datang-di-era-godot-php-s…/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar